Pekanbaru,
2 November 2012
Laporan
Praktikum Sistematika
Mikroba
KLASIFIKASI
BAKTERI DENGAN METODE
TAKSONOMI
NUMERIK-FENETIK
ABDI NAZIRWAN
1003113332
Kelompok
II (Dua)
Kelas Mikro B
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
RIAU
2012
I.PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bakteri
adalah bagian dari studi mikrobiologi, yaitu ilmu yang mempelajari mikrobia. Di dalam mikrobiologi,
bakteri dimasukkan dalam dunia bakteri. Dunia lain yangdipelajari dalam
mikrobiologi mencakup dunia fungi, arkhaea, protista, dan organism aseluler
(virus), dan menempati domain bacteria semua anggota domain ini memiliki kesamaan yaitu untuk memperbanyaknya menggunakan
metode khusus yaitu kultur murnisecara aseptis (Waluyo,2005)
Sistematika mikroba merupakan ilmu yang mempelajari
keanekaragaman mikrobia dan hubungan antar sesamanya, baik hubungan yang
bersifat kemiripan (fenetik) maupun yang bersifat kekerabatan (filogenetis).
Cakupan kajian dalam sistematika meliputi klasifikasi, tata nama, dan
identifikasi. Klasifikasi merupakan suatu alat untuk mengelompokkan organisme
ke dalam suatu kelompok (takson) berdasarkan hubungan kemiripan ataupun
kekerabatan. Identifikasi adalah proses dan hasil penentuan apakah suatu
organisme yang belum dikenal merupakan anggota
kelompok yang sudah diketahui sebelumnya atau bukan. (Pelczar, 2008).
Terdapat tiga macam cara klasifikasi yaitu : klasifikasi
artifisial, klasifikasi fenetik, dan klasifikasi filogenetik. Salah satu
penerapan klasifikasi fenetik adalah pada
taksonomi numerik (numerical taxonomy).
Ada dua macam Koefisien Asosiasi yaitu Simple Matching Coefisient (SSM) dan Jaccard
Coeficient (SJ). Pada SJ
tidak memperhatikan sifat yang
sama-sama tidak dimiliki (negatif). Sedangkan pada SSM semua sifat yang
ada dilihat dan digunakan.
Adapun dalam pengklasifikasian suatu bakteri, kriteria yang dipakai antara lain adalah karakter morfologi
yang meliputi ukuran, bentuk, sifat pengecatan, sifat biokimia dan lain-lain.
Karakter kultur dan karakter koloni, meliputi bentuk koloni, elevasi,
translucency dan warna. Karakteristik biokimia, meliputi fermentasi, hidrolisis, produksi indol, reduksi dan
produksi enzim spesifik. Karakter fisiologi meliputi range suhu pertumbuhan, pH
dan lain-lain.
Setelah IS dari masing-masing OTU
diketahui, disusun matriks IS antar OTU dengan menyusun IS dari yang
terbesar hingga yang terkecil. Kemudian dari matriks IS tersebut akan diperoleh
dendogram. Metode yang biasa digunakan dalam pembuatan dendogram adalah average linkage clustering (=UPGMA; unwieghted pair-group method using
arithmetic averages) yaitu suatu klaster akan menggabung
ke klaster tertentu pada suatu nilai yang dihitung tersendiri, yaitu rata-rata
nilai IS anggota klaster tersebut. Dari
hasil yang diperoleh dapat dilihat hubungan kekerabatanantar bakteri. Namun
hubungan kekerabatan ini bersifat fenetis, sehingga bakteri-bakteri yang
memiliki tingkat similaritas tinggi belum tentu memiliki hubungan filogenetis
yang dekat.
1.2 Tujuan
Ø Memperkenalkan prosedur taksonomi
numeric fenetik dalam klasifikasi bakteri.
Ø Melihat bentuk morfologi koloni
bakteri.
Ø Melihat bentuk morfologi sel
bakteri.
Ø Untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menghidrolisis pati.
Ø Untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menghidrolisis kasein.
Ø Mengetahui kemampuan bakteri dalam
pencairan gelatin.
Ø Mengetahui kemampuan bakteri dalam
mereduksi methylen blue.
Ø Mendeteksi adanya enzim katalase
pada bakteri.
Ø Mendeteksi kemampuan bakteri dalam
hal mengoksidase.
Ø Mendeteksi kemampuan bakteri menfermentasi
karbohidrat.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Praktek
taksonomi numerik- fenetik merupakan proses penataan organisme ke dalam suatu
kelompok (takson) berdasarkan hubungan kemiripan (nilai similaritas) secara
kuantitatif. Aplikasi bidang ini memegang peran penting sebagai suatu dasar
dalam menyusun sistem identifikasi. Sneath dan Sokal (1973) dalam Priest dan Austin (1993),
mendefinisikan taksonomi numerik sebagai pengelompokkan dengan menggunakan
metode numerik dari unit taksonomik ke dalam suatu taksa berdasarkan
karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Prinsip dasar dalam taksonomi
numerik adalah taksonomi yang menggunakan sebanyak-banyaknya karakter biologis
suatu organisme yang disebut Operational
Taxonomic Units (OTU). Semakin banyak informasi (karakter) yang ada maka
akan dihasilkan pengelompokkan yang bersifat teliti, reprodusibel serta padat
informasi.(
Austin. 1993)
Taksonomi numerik merupakan suatu kajian kekerabatan taxa
dengan mengaplikasikan nilai similaritas setiap karakter sehingga dapat dibuat
tingkatan kategori berdasarkan derajat atau
indeks similaritas. Taksonomi
numerik membutuhkan informasi mengenai ciri-ciri yang tidak berkaitan. Setiap
ciri diberi bobot yang sama dalam membentuk taksa. Kesamaan menyeluruh
didasarkan pada proporsi ciri-ciri yang dimiliki bersama. Taksonomi numeris
memiliki dua keuntungan. Taksonomi numerik mendeskripsikan persamaan,
kemiripan, dan perbedaan karakteristik bakteri. Jaccard similarity coefficient (SJ) menyatakan
sifat-sifat yang positif saja, sementara Simple
matching coefficient (SSM) menyatakan sifat-sifat yang
positif dan negatif. Kedua koefisien tersebut menggambarkan persentase
sifat-sifat yang sama antarorganisme. (Hadioetomo, 1993)
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat
bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak
dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan
biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel,
sifat gram dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Pelczar & Chan, 2008).
Karakterisasi
yang lain yang dapat digunakan adalah karakter dari sifat biokimia atau sifat
metabolisme. Sifat metabolisme
bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit
yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain itu dilihat kemampuannya
menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan sumber energi (Waluyo,
2004).
Medium selektif
yang dapat digunakan untuk mengisolasi E.coli misalnya DHL (Desoxycholate Hydrogen Sulfide Lactose) agar
atau MacConkey Agar. Koloni E.coli pada DHL dan MacConkey Agar berwarna merah
dan dikelilingi oleh areal yang menunjukkan pengendapan bile. E.coli
akan menfermentasi laktosa di dalam medium menjadi asam, sehingga mengakibatkan
terjadinya pengendapan bila dan penyerapan indikator merah netral. (Fardiaz, 1992).
Kebanyakan bakteri
aerobik dan anaerobik fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang
bersifat toksik terhadap bakteri yang masih hidup. Untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, sejumlah bakteri mampu menghasilkan enzim katalase yang memecah H2O2
menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya hilang (Pelczar dan Chan, 2008).
Matinya
bakteri-bakteri anerobik obligat bila ada oksigen disebabkan karena tidak
adanya pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri itu sendiri.
Ada tidaknya pembentukan enzim katalase dapat membantu pembedaan
kelompok-kelompok bakteri tertentu. Pada uji katalase, kebanyakan bakteri aerob
dan anaerob menggunakan oksigen H2O2 yang sesungguhnya bersifat racun bagi
sistem-sistem enzim sendiri. Namun, mereka tetap dapat hidup dengan adanya
racun tersebut karena akan meghasilkan enzim katalase (Hadieotomo, 1993).
Uji katalase
merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui apakah
bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob
obligat. Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2)
yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup
dengan adanya antimetabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim katalase
yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen
(Volk & Wheeler, 1993)
(Volk & Wheeler, 1993)
Contoh pada
hidrolisis gelatin dimana protein diperoleh dari hidrolisis kalogen, yaitu zat
pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan. Gelatin akan terurai oleh
mikrobia yang mensintesis enzim proteolisis. Larutan gelatin bersifat cair pada
suhu ruang atau suhu kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Dan
apabila gelatin sudah dihidrolisis oleh mikroba, maka akan tetap bersifat cair
(Hadioetomo, 1993).
(Hadioetomo, 1993).
Gelatin diperoleh
dengan mendidihkan bahan hewani yang mengandung kolagen, namun gelatin bukanlah
protein yang sama tipenya dengan kolagen. Ternyata bobot molekul gelatin
hanyalah sepertiga kolagen. Agaknya dalam pembentukan gelatin, molekul
tropokolagen terurai dan tiap helai membuat ikatan-ikatan hidrogen dalam air,
menghasilkan pembentukan gel yang khas (Fessenden & Fessenden, 2006).
III. METODE
KERJA
3.1 Morfologi Koloni (pada petri disc)
3.1.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, 3 medium agar di petri, alcohol dan spirus. Alat yang
digunakan antara lain cawan petri, tabung reaksi dan jarum ose.
3.1.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B dengan menggunakan jarum ose.
3.
Distreakkan
bakteri tersebut ke dalam medium cawan petri.
4.
Di
inkubasi medium tersebut selama 24 jam.
5.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolat 2 sampai 5.
6.
Di
amati bagaimana morfologi dari koloni tersebut.
3.2 Pertumbuhan Mikroba Pada Medium Cair (NB)
3.2.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, 5 medium cair NB, alcohol dan spritus. Alat yang
digunakan antara lain tabung reaksi dan jarum ose.
3.2.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Di
sediakan alat dan bahan, dilakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B dengan jarum ose.
3.
Di
inokulasikan bakteri ke dalam medium cair NB.
4.
Di
inkubasikan medium tersebut selama 24 jam.
5.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolat 2 sampai 5.
6.
Dimati
bagaimana pertumbuhan mikroba dari masing-masing isolat.
3.3 Pertumbuhan Mikroba Pada Agar Miring
3.3.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, medium agar miring, alcohol dan spritus. Alat yang
digunakan antara lain jarum ose dan tabung reaksi.
3.3.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B menggunakan jarum ose.
3.
Di
inokilasikan ke dalam medium agar miring secara garis lurus.
4.
Di
inkubasikan medium tersebut selama 24 jam.
5.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
6.
Diamati
bagaimana pertumbuhan mikroba dari masing-masing isolate.
3.4 Pertumbuhan Bakteri Pada Medium Agar
Tegak
3.4.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, medium agar tegak, alcohol dan spritus. Alat yang
digunakan antara lain jarum ose dan tabung reaksi.
3.4.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B menggunakan jarum ose.
3.
Di
inokilasikan ke dalam medium agar tegak
secara garis lurus.
4.
Di
inkubasikan medium tersebut selama 24
jam.
5.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
6.
Diamati
bagaimana pertumbuhan mikroba dari masing-masing isolate.
3.5 Morfologi Sel (Pewarnaan Gram)
3.5.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, alcohol, larutan Kristal violet, larutan iodine, larutan
safranin dan aquades. Alat yang digunakan antara lain pipet tetes, tabung
reaksi, jarum ose, objek glass, mikroskop.
3.5.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Dibersihkan
glass objek dengan alcohol, lalu di lewatkan di atas api lampu spritus.
3.
Di
teteskan aquades sedikit k eats glass objek.
4.
Diambil
bakteri dari isolate B menggunakan jarum ose kemudian di letakkan di atas glass objek.
5.
Di
fiksasi glass objek tersebut.
6.
Diberi
larutan Kristal violet selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades
mengalir dan dikering anginkan.
7.
Diberi
larutan iodine selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades mengalir dan
dikering anginkan.
8.
Diberi
alcohol selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades mengalir dan
dikering anginkan.
9.
Diberi
larutan safranin selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades mengalir
dan dikering anginkan.
10. Diamati glass objek tersebut di bawah mikroskop.
11. Dilihat bagaimana bentuk sel, ada atau tidak spora,
apakah bakteri gram + atau gram -, dan warna dari sel bakteri tersebut.
12. Dilakukan langkah diatas untuk isolat 2 sampai 5.
3.6 Pewarnaan Spora
3.6.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, larutan malachite green, larutan safranin, aquades dan
alcohol. Alat yang digunakan antara lain jarum ose, pipet tetes, mikroskop dan
kawat kasa.
3.6.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B menggunakan jarum ose.
3.
Di
letakkan di atas glass objek yang sudah steril.
4.
Diberi
laruatn malachite green beberapa tetes dan di letakkan di atas penangas air
selama 5 menit. Jika tepi mongering, ditambah lagi larutan malachite green.
5.
Dicuci
dengan aquades mengalir dan dikering anginkan.
6.
Diberi
larutan safranin selama 45 detik, dicuci dengan aquades dan dikering anginkan.
7.
Diamati
di bawah mikroskop apakah ada terbentuk spora atau tidak.
8.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.7 Pewarnaan Tahan Asam
3.7.1 Bahan dan
Alat
Bahan yamg digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, larutan karbol fuksin, aquades, alcohol asam, larutan
metilen blue. Alat yag digunakan antara
lain pipet tetes, glass objek dan tabung rekasi.
3.7.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Dibersihkan
kaca objek dan di inokulasikan bakteri dari isolate B
3.
Diberi
larutan karbol fuksin, difiksasi selama 5 menit, dicuci dengan aquades dan
dikering anginkan.
4.
Di
celupkan kedalam alcohol asam selama 15 detik, dicuci dengan aquades dan
dikering anginkan.
5.
Diberi
larutan metilen blue selama 2 menit, dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan
tisu.
6.
Diamati
dibawah mikroskop, jika berwarna biru berarti negative dan berwarna merah
berarti positif.
7.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.8 Hidrolisis Pati
3.8.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bekteri, medium agar cawan petri, larutan JKJ, dan alcohol. Alat
yang digunakan antara lain pipet tetes dan jarum ose.
3.8.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Di
inokulasikan bakteri dari isolate B ke dalam medium agar cawan petri dengan menggunakan
jarum ose dengan cara di totol, kemudian medium tersebut di inkubasikan selama
1 hari.
3.
Diberi
larutan JKJ beberapa tetes, didiamkan selama beberapa menit.
4.
Diamati
adanya zona jernih pada medium tersebut.
5.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.9 Uji Oksidase
3.9.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, larutan dimetil p-fenildiamina hidroklorida 1%, dan
alcohol. Alat yang digunakan antara lain pipet tetes, kertas saring, dan jarum
ose.
3.9.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B menggunakan jarum ose.
3.
Di
letakkan di atas kertas saring.
4.
Di
beri larutan dimetil p-fenildiamina hidroklorida 1% beberapa tetes.
5.
Diamati
apakah ada perubahan warna menjadi merah muda, lalu merah tua, merah gelap dan
akhirnya hitam.
6.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolat 2 sampai 5.
3.10 Uji Katalase
3.10.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, larutan H202 30%, dan alcohol. Alat yang digunakan
antara lain pipet tetes, glass objek, dan jarum ose.
3.10.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolat B menggunakan jarum ose.
3.
Di
letakkan di atas glass objek.
4.
Di
beri larutan H2O2 30% beberapa tetes.
5.
Diamati
apakah terbentuk gelembung atau tidak setelah di beri larutan H2O2 30%.
6.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.11 Pencairan Gelatin
3.11.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 isolat bakteri, medium gelatin tegak dan alcohol. Alat yang digunakan
antara lain jarum ose dan tabung reaksi.
3.11.2 Langkah
Kerja
Langkah kerja dari
percobaan ini antara lain :
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Di
inokulasikan bakteri dari isolate B ke dalam medium gelatin tegak menggunakan jarum ose
dengan cara di aduk-aduk.
3.
Di
inkubasi medium tersebut selama 1 hari.
4.
Di
masukkan ke dalam kulkas selama 1 jam.
5.
Di
amati apakah medium gelatin tegak itu memadat atau tidak. Jika memadat berarti
positif.
6.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.12 Reduksi Metylen Blue
3.12.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain medium cair NB, 5 kultur bakteri dan larutan metylen blue. Alat yang
digunakan antar lain jarum ose dan tabung reaksi.
3.12.2 Langkah
Kerja
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolate B menggunakan jarum ose.
3.
Di
inokulasikan ke dalam medium cair NB.
4.
Di
tambahkan beberapa tetes larutan metylen blue.
5.
Diamati
perubahan warna biru menjadi hilang. Catat berapa lama waktu yang di perlukan
untuk perubahan warna.
6.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.13 Uji Hidrolisis Kasein
3.13.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain medium kasein, 5 kultur bakteri dan alcohol. Alat yang digunakan antara
lain jarum ose dan tabung reaksi.
3.13.2 Langkah
Kerja
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Diambil
bakteri dari isolate B menggunakan jarum ose.
3.
Di
inokulasikan ke dalam medium kasein dengan cara di totol.
4.
Di
inkubasi selama 48 jam.
5.
Diamtai
apakah terbentuk zona jernih atau tidak.
6.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
3.14 Fermentasi Karbohidrat
3.14.1 Bahan dan
Alat
Bahan yang digunakan antara
lain 5 kultur bakteri, larutan glukosa, larutan sukrosa, larutan laktosa dan
indicator phenol red. Alat yang digunakan antara lain jarum ose, tabung reaksi
dan tabung durham.
3.14.2 Langkah
Kerja
1.
Disediakan
alat dan bahan, lakukan dengan metode aseptis.
2.
Ditambahkan
indicator phenol red dan di masukkan tabung durham ke dalam larutan glukosa,
sukrosa dan laktosa. Jangan sampai ada gelembung udara.
3.
Diambil
bakteri dari isolate B menggunakan jarum ose.
4.
Di
inokulasikan ke dalam larutan glukosa, sukrosa dan laktosa, kemudian diaduk.
5.
Di
inkubasikan masing-masing larutan selama 2 hari.
6.
Diamati
perubahan warna menjadi kuning atau oren dan ada terbentuk gas atau tidak.
7.
Dilakukan
langkah di atas untuk isolate 2 sampai 5.
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan karakterisasi dan
identifikasi terhadap lima strain mikroba yang belum diketahui dengan
menggunakan berbagai karakter uji yang meliputi uji morfologi morfologi, baik
koloni ataupun sel, dan pengujian sifat biokimia. Jumlah karakter yang
digunakan adalah sebanyak 61 karakter. Jumlah
karakter ini memenuhi ukuran karakter uji minimal yang disyaratkan, yaitu
sejumlah 50 karakter. Semakin tinggi nilai similaritas antara kedua strain,
maka bias dikatakan kedua strain tersebut memiliki banyak kemiripan, sehingga nilai
indeks similaritas antar kedua strain dapat digunakan untuk memasukkan bakteri ke
dalam suatu kelompok
tertentu. Berdasarkan konsep takso spesies, suatu individu termasuk kedalam
jenis spesies yang sama jika memiliki indeks similaritas lebih dari 70%.
Diantara
karakter-karakter yang diuji beberapa diantaranya adalah pengujian sifat
mikroba dalam menghidrolisis pati. Adanya zona bening pada sekitar koloni bakteri
menunjukkan hasil positif terhadap hidrolisis pati. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri mampu mengurai pati menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana yang
dapat digunakan untuk aktivitas metabolisme bakteri tersebut.
Pada
percobaan pencairan gelatin hasil negatif ditandai dengan memadat
nya
gelatin yang ditempatkan pada kulkas atau tempat yang dingin. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri yang dikulturkan pada media gelatin
tidak
memiliki kemampuan dalam hal pencairan gelatin.
Uji katalase terdapat gelembung udara yang menunjukkan hasil negatif bagi reduksi H2O2. Bakteri
katalase positif tidak bisa
menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2
(hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu
sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil
respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat
menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri.
Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.
(Jutono, Hartadi dan Susanto, 1973)
Data yang didapat kemudian disajikan dalam bentuk tabel .
Data kemudian
diolah untuk selanjutnya dicari nilai indeks similaritasnya (IS) antara kelima
strain mikroba tersebut dengan menggunakan dua macam koefisien indeks
similaritas yakni Simple Matching Coeficient (SSM) dan Jaccard Coeficient (SJ).
Pada SSM semua sifat baik nilai positif-positif, berbeda, ataupun
negatif-negatif digunakan. Sedangkan pada SJ, nilai negatif-negatif pada dua
strain yang dibandingkan tidak digunakan.
Setelah
diperoleh indeks similaritas, kemudian dilakukan analisis klastering dengan
nilai tertinggi yang menunjukkan pasangan paling sama dari OTU (Operational
Taxonomy Unit). Kemudian hasil dari analisis klastering tersebut digambarkan
dalam bentuk dendogram.
Dari
hasil dendogram terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam klasifikasi OTU antara
koefisien SSM dan SJ. Pada dendogram SSM semua strain terlihat berkelompok atau
menyatu pada nilai 68,4% Hal tersebut menunjukkan bahwa
kelima strain bakteri yang diuji memiliki tingkat similaritas yang cukup
tinggi, tetapi hanya ada tiga spesies yang
berada pada kekerabatan lbih 70%, dimana dalam hal kekerabatan suatu strain jika lebih
sama atau lebih dari 70% maka dikatakan masih dalam satu spesies.
Pada
dendogram SJ memperlihatkan hasil yang jauh berbeda dengan hasil pada SSM. Pada
dendogram SJ semua strain terpisah dinilai yang kurang dari 70% yang artinya
semua strain yang diuji merupakan lima spesies yang berbeda.
Dari
kedua macam analisis yang digunakan, analisis dengan menggunakan SSM lebih bisa
dipercaya karena analisis ini memperhatikan semua sifat yang ada pada dua
strain yang dibandingkan, baik itu sifat positif-positif, berbeda, ataupun
sifat negatif-negatif. Berbeda halnya dengan analisis secara SJ. Analisis ini
tidak memperhatikan sifat yang sama-sama tidak dimiliki oleh kedua strain,
sehingga terlihat ada kekurangan dalam hal yang diamati.
V.KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum ini dapat disimpulkan adalah:
1. Taksonomi numerik merupakan suatu
kajian kekerabatan taxa dengan mengaplikasikan nilai similaritas setiap
karakter sehingga dapat dibuat tingkatan kategori
berdasarkan derajat atau indeks similaritas.
2.
berdasarkan
dendogram, koefisien asosiasi secara SSM membagi tiga
strain mikroba kedalam 1 spesies yang sama.
3.
berdasarkan
dendogram, koefisien asosiasi secara SSJ membagi kelima strain mikroba kedalam
5 spesies yang berbeda.
4.
Koefisien
asosiasi secara SSM lebih dapat dipercaya kebenarannya karena dalam asosiasi
ini semua karakter yang ada pada kedua strain yang dibandingkan tetap dipakai.
DAFTAR
PUSTAKA
§ Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi
Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
§ Fessenden
& Fessenden. 2006. Kimia Organik
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
§ Hadioetomo,
R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia. Jakarta.
§ Jutono, J., Soedarsono, Hartadi, S., Kabirun, S.,
& Susanto. 1973. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan
Tinggi. Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.
§ Pelczar
J. Michaeal, Jr. E.C.S Chan. 2008. Dasar-dasar
Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
§ Priest,F.,
and B. Austin. 1993. Modern Bacterial Taxonomy, 2nd Ed. Chapman
& Hall. London.
§ Volk
dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar,
Jilid 1. Edisi kelima. Erlangga.
Jakarta.
Jakarta.
§ Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi
Umum. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.
§ Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi
Umum.edisi ke-2. UMM-Press. Malang. hal: 15-16,2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar